2018/11/04

Diamku yang Penuh Arti

Entah kenapa hanya "diam" yang selalu ada di kepala gua jika ada masalah. Diam, bukan berarti gua nggak mampu. Tapi gua lebih memilih untuk menenangkan keadaan. Melihat keadaan sekitar. Jika saatnya udah tepat, gua akan bertindak. Gua menyadari kalau gua adalah orang yang pendiam. Sedangkan untuk orang-orang yang udah kenal dekat dengan gua, selain diam, gua termasuk orang yang suka mendengarkan. Gua bisa merasakan perasaan kalian saat kalian menceritakan sesuatu, sepahit-pahitnya cerita itu. Terkadang, gua bisa memberi saran yang terbaik, tapi terkadang pun gua nggak bisa. Bukan karena nggak mampu, tapi gua nggak ingin memperkeruh keadaan. Cukup dengan mendengarkan ceritanya, gua rasa itu udah cukup melegakan perasaan seseorang. Karena pada dasarnya, manusia itu butuh teman curhat untuk meluapkan semua perasaannya.

Lalu, apa maksudnya dengan "diamku yang penuh arti?".

Setiap orang emang punya cara yang berbeda dalam mengungkapkan perasaannya. Diam adalah pilihan gua untuk mengungkapkan perasaan. Termasuk perasaan tentang sebuah hubungan dan cinta. Saat gua diam dan tak berkomentar saat melihatmu melakukan sesuatu, bukan karena gua cuek atau nggak peduli. Tapi, gua sedang menilai seberapa dalam keseriusanmu dan kesadaranmu terhadap hubungan yang sedang dijalani.

Saat kamu berbohong dan gua tahu itu, gua memilih untuk diam saja, padahal sebenarnya bisa aja saat itu langsung dibicarakan. Tapi, gua lebih memilih diam. Gua hanya ingin tahu gimana sikap kamu. Apakah kamu akan meminta maaf dan mengakui atau hanya pura-pura nggak tahu. Tapi, kelihatannya tiap orang punya definisi yang berbeda dalam mengartikan cinta. Buat gua, cinta berarti komitmen dan kesetiaan. Sedangkan bagimu saat ini, mungkin cinta tak lebih dari ucapan yang bisa dikeluarkan tanpa perlu pembuktian.

Di matamu, mungkin gua tampak kayak manusia penyabar yang nggak pernah mengekspresikan emosi. Emang, gua lebih memilih menyimpan itu sendiri. Tapi bukan berarti indra gua tumpul dalam mengamati. Dalam diam, sesungguhnya segala tingkah lakumu nggak pernah lepas dari ujung mata ini. Kadang gua bertanya, nggak sadarkah dirimu selalu diperhatikan?

Ada orang disini yang selalu memperhatikanmu, yang selalu ingin mendengar keluh kesahmu, dan yang selalu ingin menjadi solusi dari setiap permasalahan di hidupmu.

Saat kamu dengan mudahnya menatap layar ponsel saat kita bersama dan menggeser perhatian dari gua ke teman-teman lelakimu, yang jelas-jelas tanpa melihat kamu pun dengan mudah gua tahu. Jujur, gua nggak cemburu. Gua hanya ingin kamu tahu batasan dengan orang-orang tersebut, karena disini selalu ada hati dan raga yang siap untukmu kapanpun itu. Malas rasanya mengungkit kesalahan dan mengumbar emosi. Bagi gua itu sama sekali nggak penting. Diam, selama ini sukses jadi tameng.

Sebenarnya mudah aja untuk meradang demi memaksa kamu berubah. Tapi, bukankah kesadaran yang dipaksakan nggak mungkin indah?

Doa gua sebenarnya sederhana, kamu bisa mengerti cara menjaga perasaan, itu udah cukup melegakan dada. Dalam diam, gua juga berdoa semoga tiba saatnya kamu jadi lebih dewasa dan mengerti apa itu komitmen. Kata berpisah nggak pernah terlintas sedikitpun di kepala ini. Bersama kamu, gua menemukan dunia yang gua cari.

Hai kamu, dalam diam, sering diri ini bersujud seraya berdoa kepada-Nya. Gua berdoa karena yakin kalau kamu saat ini hanyalah gejolak mudamu yang masih belum terlalu paham atas menjaga hati. Gua yakin suatu saat kedewasaan akan membawamu sadar. Gua terus berharap akan ada saatnya kamu menjadikan diri ini kembali berharga di hidupmu. Hingga, suatu hari gua bisa memperlakukanmu secara utuh menjadi seorang ratu.

Dalam diam, diri ini mengawasimu. Dan dalam diam, gua akan terus berdoa.

1 komentar: